MAKALAH
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN DAN PERILAKU MASYARAKAT INDONESIA
(Tugas
individu ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar)
Dosen Pengampu : Kuswono, M.Pd
Disusun oleh
ROISATUL NUR AZIZAH
NPM. 14320036
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,
karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Ilmu Budaya Dasar yang berjudul “Pengaruh Globalisasi terhadap Kebudayaan dan Perilaku Masyarakat
Indonesia”.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Kuswono, M.Pd selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar yang
telah memberikan bimbingan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari isi maupun penulisan dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis dan referensi. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Demikianlah makalah ini penulis buat semoga dapat memberi
manfaat kepada pembaca.
Metro, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Globalisasi dan Budaya.......................................................................... 4
B.
Globalisasi dalam Kebudayaan
Tradisional di Indonesia....................... 5
C.
Penyebab terjadinya Perubahan
Budaya di Indonesia............................ 6
D.
Peran Media Masa................................................................................... 7
E.
Globalisasi Media terhadap Budaya Masyarakat Indonesia................... 9
F.
Perubahan Budaya dalam
Globalisasi..................................................... 11
G.
Pengaruh Globalisasi terhadap
Eksistensi Jati Diri dan Budaya
Bangsa..................................................................................................... 13
H.
Dampak Masuknya Budaya Asing ke
Indonesia.................................... 16
I.
Tindakan yang Mendorong
terjadinya Globalisasi Kebudayaan dan
Cara Mengantisipasi adanya
Globalisasi Kebudayaan............................ 17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................. 20
B.
Saran....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari
proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi
komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah
istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer
sebagai ideologi baru sekitar lima
atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima
atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu
pengertian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan
jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam
perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk
bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan,
nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992),
mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita
akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan
koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks
institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai
sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan
dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil.
Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan
masyarakat dunia dari sisi gaya
hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang
dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global
ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di
seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas
produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana
berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat
membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan
dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai
kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan
penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor
lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang
di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang
lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara
luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada
kebudayaan daerah, seperti kebudayaan gotong-royong, menjenguk tetangga sakit
dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan
sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya
rambut dan sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, saya merangkum
beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain:
1.
Globalisasi dan Budaya
2.
Globalisasi dalam Kebudayaan
Tradisional di Indonesia
3.
Penyebab Terjadinya Perubahan
Budaya Indonesia
4.
Peran Media Masa
5.
Globalisasi Media Terhadap Budaya Masyarakat Indonesia
6.
Perubahan Budaya dalam
Globalisasi
7.
Pengaruh Globalisasi terhadap
Eksistensi Jati Diri dan Budaya Bangsa
8.
Dampak Masuknya Budaya Asing ke
Indonesia
9.
Tindakan yang Mendorong
terjadinya Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisipasi adanya Globalisasi
Kebudayaan
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Makna Globalisasi
dan Budaya
2.
Mengetahui Globalisasi dalam Kebudayaan
Tradisional di Indonesia
3.
Mengetahui Penyebab Terjadinya
Perubahan Budaya Indonesia
4.
Mengetahui Peran Media Masa
5.
Mengetahui Globalisasi Media Terhadap Budaya
Masyarakat Indonesia
6.
Mengetahui Perubahan Budaya
dalam Globalisasi
7.
Mengetahui Pengaruh Globalisasi
terhadap Eksistensi Jati Diri dan Budaya Bangsa
8.
Mengetahui Dampak Masuknya
Budaya Asing ke Indonesia
9.
Mengetahui Tindakan yang
Mendorong terjadinya Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisipasi adanya
Globalisasi Kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Globalisasi dan Budaya
Globalisasi sudah mulai terasa sejak akhir abad
ke-20. Globalisasi telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia
harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh
aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan
sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan
(Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional
kita.
Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan
dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari,
bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan
Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa
yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian
rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari
pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan
cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam
memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang
tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh
negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka
yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru
negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia
selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana
globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Simon Kemoni, sosiologi asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi
dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai
budaya.
Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha
menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat
melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni,
dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan
memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya,
Seorang penulis asal Kenya
bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya
Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka
berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa
tersebut kebingungan dalam upaya mencari identitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini
meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan
melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama
globalisasi.
B.
Globalisasi dalam
Kebudayaan Tradisional di Indonesia
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar
dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat
lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan
berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu
kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa
berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam
jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha
melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan
demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia,
juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang
terjadi dalam proses globalisasi.
Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi
namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna
yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
yang majemuk dalam berbagai hal, seperti Keanekaragaman budaya, lingkungan
alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat
dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain,
dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat
mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkan-nya itu
menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C.
Penyebab Terjadinya
Perubahan Budaya di Indonesia
Hilangnya budaya di Indonesia secara bertahap diakibatkan
karena adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, faktor yang
terjadi dalam masyarakat maupun luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang
berasal dari dalam masyarakat dapat berupa penemuan baru, atau pertentangan
dari masyarakat itu sendiri. Faktor yang berasal dari luar masyarakat
dapat berupa adanya pengaruh budaya dari masyarakat lainnya.
Menurut Soejono Soekanto (1990: 326-328) perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain sebagai berikut :
1.
Sistem pendidikan formal yang
maju.
2.
Sikap menghargai hasil karya
orang lain dan berkeinginan untuk maju.
3.
Sistem yang terbuka dalam
lapisan masyarakat.
4.
Toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
5.
Ketidakpuasan masyarakat
terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu yang terjadi dalam waktu yang lama
akan menyebabkan kejenuhan.
6.
Penduduk yang heterogen adalah
masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar
kebudayaan yang berbeda-beda dan ideologi yang berbeda pula.
7.
Orientasi ke masa depan yang
lebih baik.
8.
Adanya kontak dengan masyarakat
luar yang menyebabkan terjadinya percampuran budaya.
Perubahan sosial dapat dibedakan dengan perubahan
budaya. Menurut E.B. Tylor dalam buku perubahan sosial di Yogyakarta
Karya Selo Soemardjan (1986) kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, dan tiap
kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Oleh karena itu apa bila terjadi perubahan pada salah satu bagian
dari keseluruhan kompleks itu, dikatakan sebagai perubahan budaya.
Perubahan sosial juga memiliki persamaan terhadap
perubahan budaya, menurut Selo Soemardjan (1986) perubahan sosial dengan
perubahan budaya memiliki satu segi kesamaan, yaitu kedua-duanya menyangkut
suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya berdasarkan penggunaan konsep-konsep sosial dan budaya
tersebut.
Namun dalam keadaan seperti ini masyarakat Indonesia malu
akan budaya sendiri, mereka menganggap bahwa budaya Indonesia ketinggalan zaman
ini merupakan salah satu penyebab terjadi masuknya budaya asing ke Indonesia dengan
mudahnya, adapun faktor yang mendukung masuknya budaya asing ke Indonesia diantaranya
yaitu kemajuan teknologi yang sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi
kebudayaan nasional. Kemudian dari situlah masyarakat Indonesia mulai terkena
virus-virus kebudayaan asing yang perbedaan budayanya sangat jauh dengan budaya
Indonesia.
D. Peran Media Masa
Peran
media masa dalam kehidupan sosial, terutama dalam kehidupan modern tidak ada
yang menyangkal, menurut Mc Quail dalam bukunya Mass Communication
Theories(2000 : 66), ada enam perspektif dalam hal melihat peran media.
1.
Melihat media masa sebagai window on event and experriece. Media
dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang
terjadi disana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai
peristiwa.
2.
Media juga sering dianggap a mirror of event in society and the word
implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di
masyarakat dan dunia yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola
sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan , konflik,
pornografi, dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya
demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka.
Padahal sesungguhnya, angle,
arah framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut
diputuskan oleh para professional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas
untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.
3.
Memandang media masa sebagai filter, sebagai guide atau gatekeeper yang
menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa
memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar
para pengelolanya. Disini khalayak “dipilihkan“ oleh media tentang apa-apa yang
layak diketahui dan mendapat perhatian.
4.
Media masa acapkali juga dipandang sebagai guide, penunjuk jalan
atau interpreter, yang menerjemahkan atau menunjukkan arah atas berbagai
ketidakpastian, atau alternative yang beragam.
5.
Melihat media sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide
kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.
6.
Media masa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat
berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi interaktif.
Pendeknya semua ini
ingin menunjukkan, peran media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana divercion,
pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan,
mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan sosial. Isi media masa
merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media masa
akan mempengaruhi realitas subyektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang
realitas yang dibentuk oleh isi media masa inilah yang nantinya mendasari
respond an sikap terhadap berbagai objek social. Informasi yang salah dari
media masa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap obyek sosial itu.
Karenanya media masa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian
media masa.
E. Globalisasi Media terhadap Budaya Masyarakat Indonesia
Bertolak dari besarnya
peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran khayalaknya, tentulah
perkembangan media massa di Indonesia pada masa yang akan datang harus
dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakkan
lagi.
Globalisasi media massa
merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar
matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Pendekatan profesional
menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada titik-titik tertentu,
terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal oleh bangsa Indonesia.
Jadi kehawatiran besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan,
pelunturan karena nilai – nilai luhur dalam paham kebangsaan.
Imbasnya
adalah munculnya
majalah-majalah Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti : Bazaar
,Cosmopolitan ,Spice,FHM, (for Him Magazine) ,Good Housekeeping ,Trax,
dan sebagainya. Begitu juga membanjirnya program tayangan dan produk tanpa
dapat dibendung.Sehingga bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia
menyikapi penomena traspormasi media terhadap prilaku masyarakat dan budaya
lokal,karena globalisasi media dengan segala yang dibawanya seperti lewat
televisi, radio, majalah, koran, buku film, vcd, HP, dan kini lewat internet
sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat.
Saat
ini masyarakat sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai produk
poernografi berupa tabloitd, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi,
rasio, dan terutama adalah peredaran bebas VCD.Baik yang datang dari uar negeri
maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pernografi bukan barang baru
bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa
orang asing menganggap Indonesia sebagai ”surga pornografi” karena sangat
mudahnya mendapat produk-produk pornografi dan harganya pun murah.
Kebebasan
pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak bertanggung jawab, untuk menerbitkan produk-produk
pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai
hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran dan pembredelan. Padahal
dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang pers No 40 tahun 1999itu sendiri,
mencantumkan bahwa: ”pers berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat”.
Dalam
media audio visualpun ada Undang-Undang yang secara spesifik mengatur
pornografi yaitu Undang-undang perfilman dan Undang-undang Penyiaran. Dalam
Undang-undang perflman 1992 pasal 33 dinyatakan bahwa : ”setiap film dan
reklame film yang akan diedarkan atau dipertujuklkan di Indonesia, wajib sensor
terlebih dahulu”. Pasal 19 dari UU ini menyatakan bahwa : ”LSF (Lembaga Sensor
Film)harus menolak sebuah film yang menonjolkan adegan seks lebih dari 50 % jam
tayang”. Dalam UU Penyiaran pasal 36 ayat 6 dinyatakan bahwa: ” isi siaran
televisi dan radio dilarang menonjolkan unsur cabul (ayat 5) dan dilarang merendahkan,
melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia
”.
Menurut
Afdjani (2007 bahwa: Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa
budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media
yang kian terbuka dan kian terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi
tenteng peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita
menyadari belum semua warga degara mampu menilai sampai dimana kita sebagai
bangsa berada. Begitulah, misalnya banjir informasi dan budaya baru yang dibawa
media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku.
Terutama masalah pornografi dimana sekarang wanita–wanita Indonesia sangat
terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana
cenderung minim,yang kemudian ditiru habis-habisan.
Sehingga
kalau kita berjalan-jalan di mal atau di tempat publik sangat mudah
menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim dan mengumbar aurat.Dimana
budaya itu sangat bertentangan dengan dengan norma yang ada di Indonesia.Belum
lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti
dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia.
Di
sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu
melarang berbagai sepak terjang masyarakat yabg berperilaku yang tidak
semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyarankan agar
televisi tidak merayakan goyang erotis denga puser atau perut kelihatan.
Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi yang tidak menayangkan artis
yang berpakaian minim
F.
Perubahan Budaya dalam
Globalisasi
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang
lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.
Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau
hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara
dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea,
dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran TV internasional
yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, VCD, dan DVD yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia
yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja
bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai
akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi
informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang
berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir
dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian
tradisional kita lenyap begitu saja. Ada
berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif
terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia
yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk
yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah
mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari
mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam
berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia.
Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian
tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi. Ada
pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya
memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau
penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap
bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit.
Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom
Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun
pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari
kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit
tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau
satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
G.
Pengaruh Globalisasi
terhadap Eksistensi Jati Diri dan Budaya Bangsa
Adanya unsur budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan
terjadinya goncangan budaya. Namun, di sisi lain masuknya unsur budaya asing ke
Indonesia juga sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Menurut Bierens de Haan, dalam masyarakat terdapat dua
unsur berlawanan, yaitu statiska dan dinamika. Unsur statiska merupakan
unsur-unsur dalam masyarakat yang cenderung mempertahankan suatu keadaan untuk
tetap (tidak berubah), seperti adanya vested interest atau golongan orang yang
menghendaki status quo. Sebaliknya, unsur dinamika merupakan unsur yang
menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan linkungan alam, nilai-nilai
sosial, dan perubahan struktur sosial. Adanya unsur statika dan dinamika inilah
sesinambungan masyarakat tetap tejadi meskipun terjadi perubahan-perubahan di
dalam masyarakat.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi,
Telekomunikasi, dan Teknologi) mengakibatkan berkurangnya keinginan untuk
melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah,
gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana
selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah.
Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya
dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal
dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu
sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di
Kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia
dialek Jakarta
seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar
anak muda menggunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa Inggris seperti
OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang
sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan
dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion.
Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung
tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada
kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan
ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya berpakaian minim ini dianut
dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam
sinetron-sinetron Indonesia. Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan
hadirnya internet, turut serta menyumbang bagi perubahan cara berpakaian.
Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu
keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu
dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya
budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi
inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
Apa yang akan terjadi jika kita tidak mampu menghadapi
tantangan global? Apabila kita tidak mampu menghadapinya, kita akan terisolasi
dari bangsa lain. Keberadaan bangsa kita pun tidak diketahui di mata dunia
apalagi jika kita tidak mampu menstarakan diri dari bangsa lain.
H.
Dampak Masuknya Budaya
Asing ke Indonesia
Masuknya budaya asing ke Indonesia disebabkan salah
satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh
tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu
saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem
kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut
menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan
dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang
datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat
yang bersangkutan.
Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan
secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat
menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan
nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan
budaya.
Budaya asing yang masuk ke Indonesia berdampak sangat
buruk dengan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, karena
Indonesia dengan mudah meniru budaya, perilaku, cara bergaul, dan berpakaian
sangat tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Dampak negatif yang terlihat jelas
pada Indonesia diantaranya goncangan budaya atau sering disebut dengan culture
shock, ini terjadi karena adanya anggota masyarakat yang tidak siap
menerima perubahan-perubahan akibat budaya asing yang masuk, misalnya
adanya penggusuran karena ada pembangunan gedung atau bangunan, sukarnya
mencari lahan tempat tinggal maka hal ini membuat mereka frustasi dalam menghadapi
biaya hidup yang semakin besar akhirnya mereka pun melakukan perilaku
menyimpang.
Selain itu akan terjadinya pergeseran nilai budaya Indonesia
yag menimbulkan kebimbangan, karena masuknya unsur-unsur budaya asing yang
sangat cepat dan pesat mengakibatkan perubahan sosial yang berkesinambungan,
akibatnya masyarakat yang mengalami kebimbangan, dimana mereka tidak mempunyai
pegangan menyebabkan anggota masyarakat tidak mampu mengukur tindakannya.
Kebimbangan yang dialami masyarakat dapat mendorong perbuatan menyimpang
seperti pergaulan bebas, munculnya sifat konsumerisme. Selain dampak negatif
terdapat juga dampak positif diantaranya tumbuhnya Indonesia menjadi negara
berkembang dan maju serta pembangunan yang semakin pesat terjadi di kota-kota
besar, perekonomian Indonesia semakin maju dan berkembang.
I.
Tindakan yang Mendorong
terjadinya Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisipasi adanya Globalisasi
Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah
kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995)
dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In
South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara
efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui
campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan
tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau
konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah
laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana
banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai
dengan tuntutan pembangunan.
Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu
sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan
tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai
objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan
dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh
nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam
pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat
mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau
natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi
sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan
rasional.
Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat,
misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan
sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi
tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah
di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak
lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni
bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi
pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa
harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian
rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk
menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan
sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian
(oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan
benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan
perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan
budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu
yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak
manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai
salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan
demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang
besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan
memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda
dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan
yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai
dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini.
Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis
dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya
ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang
begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan
nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan
kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik
dsb.
Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian
tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur
formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun
justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi
oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif
sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.
Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi
kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika
dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk
menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya,
yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para seniman rakyat. Selain
itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan
bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang
berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam
bidang ekonomi saja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari
proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi
komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi kenyataannya sangat berpengaruh terhadap
prilaku dan budaya masyarakat Indonesia dimana fenomena pengglobalan dunia
harus disikapi dengan bijak dan positif karena globalisasi dan modernisasi
sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh lengah
dan terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh
negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi juga bukanlah
pilihan yang tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek globalisasi. Akses
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dapat dimanfaatkan sebagai
pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. Jati diri daerah harus terus
tertanam di jiwa masyarakat Indonesia, serta harus terus meningkatkan
nilai-nilai keagamaan dan budaya.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini kami susun sedemikian rupa.
Semoga bermanfaat bagi kami dan bagi yang membacanya. Makalah ini tidak luput
dari kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Adeney, Bernard T. 1995. Etika
Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta:
Kanisius.
Djoko Damono, Sapardi. 1997. Kebudayaan Massa
dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup:
Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Jakarta: Mizan.
Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Kuntowijoyo. 1997. Budaya Elite dan Budaya Massa
dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia.
Jakarta: Mizan.
Mubarak, Achmad. 2004.
Nasionalis Religius Jati Diri Bangsa Indonesia. Jatiwaringin: PT. Bina
Rena Pariwara.
Sri Wahyuni, Niniek. dkk. 2007. Manusia dan
Masyarakat. Jakarta:
Ganeca Exact.
mlb777: M30 HD TV - YouTube
BalasHapusmlb777 TV - M30 HD TV. A classic gaming, online youtube to mp3 with multiple motion controllers to choose from, including a rechargeable battery. Connectivity. The M30 comes